Selainbeberapa ketentuan dalam undang-undang diatas ada beberapa ketentuan di dalam undang-undang lain yang juga dapat dijadikan argumen yang dapat digunakan sebagai "legitimasi" dalam menambang di pulau laut, seperti : 1. Pasal 14 ayat 2 UU 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang berisikan kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota. 2.
Hari Laut Sedunia selalu diperingati tanggal 8 Juni setiap tahunnya. Adapun tujuan dari peringatan ini yaitu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konservasi lautan. Selain itu, peringatan ini juga bertujuan agar setiap orang memiliki peran untuk menjaga lautan dan keanekaragaman hayati. Ada banyak cara untuk merayakan Hari Laut Sedunia. Salah satunya yaitu dengan membagikan caption berupa kata-kata tentang laut di medsos. Tidak hanya sekadar caption, kata-kata tersebut juga bisa menjadi kampanye efektif agar masyarakat sadar betapa pentingnya menjaga laut. Berikut dibawah ini kumpulan kata-kata yang bisa dijadikan caption untuk media sosial Kata-kata Hari Laut Sedunia Berikut ini 25 kata-kata sebagai bentuk ucapan untuk merayakan Hari Laut Sedunia 2023 di medsos. Laut Pexels Lautan adalah hati Bumi, laten dengan kehidupan. Ketika hati rusak, kehidupan di Bumi terancam. Lautan adalah ibu dari semua kehidupan. Mari kita lindungi dan hargai sumber kehidupan kita. Tidak akan ada kehidupan jika kita tidak menyelamatkan lautan. Pada kesempatan Hari Laut Sedunia ini, mari kita bergandengan tangan untuk menyelamatkan mereka Lautan adalah hadiah dari Tuhan dan kita harus menjaganya dengan lebih bertanggung jawab. Selamat Hari Laut Sedunia 2023 Hari Laut Sedunia adalah pengingat bahwa lautan adalah ciptaan Yang Mahakuasa yang paling indah dan paling berharga dan kita harus menghormatinya dan menyelamatkannya untuk membuat hidup kita lebih bahagia Lautan bukan hanya kumpulan air, mereka adalah sumber kehidupan di Bumi, mereka adalah sumber oksigen bagi kita. Waktunya telah tiba untuk melindungi mereka dan menyelamatkan mereka. Salam hangat untuk Anda di Hari Laut Sedunia. Hari Laut Sedunia adalah pengingat bahwa lautan adalah ciptaan Yang Mahakuasa yang paling indah dan paling berharga dan kita harus menghormatinya dan menyelamatkannya untuk membuat hidup kita lebih bahagia. Lautan memesona yang menghubungkan berbagai daratan adalah ciptaan Yang Mahakuasa yang paling menginspirasi. Waktunya telah tiba untuk bekerja menjaga mereka dari polusi dan ancaman. Selamat Hari Laut Sedunia. Masing-masing dari kita dapat berkontribusi dalam menyelamatkan lautan kita. Tidak ada usaha yang tidak berarti, tidak ada setetes air yang terlalu kecil, tidak ada niat baik yang terlalu lemah. Mari bergandengan tangan membawa perubahan. Selamat Hari Laut Sedunia . Kita memiliki hubungan yang kuat dengan lautan. Mereka adalah alasan keberadaan kita; mereka adalah sumber inspirasi. Salam hangat di Hari Lautan Sedunia untukmu. Mari kita selamatkan mereka. Abadi dan tak terbatas, tak terkalahkan dan kuat, seperti itulah lautan. Mari kita ambil inspirasi dari mereka untuk menyelamatkan mereka dari segala kerusakan. Selamat Hari Laut Sedunia. Bentangan dan kedalaman lautan menentukan kehidupan. Jangan biarkan kehidupan di laut mati karena tindakan salah kita. Hari Laut Sedunia adalah hari yang mengingatkan kita akan tugas dan tanggung jawab kita terhadap lautan. Setiap tetes air memiliki kekuatan untuk menggembungkan jantung lautan. Berjanji untuk tidak pernah menyia-nyiakannya dan selalu menghargainya untuk kehidupan yang lebih baik. Selamat Hari Laut Sedunia! Laut Pexels Laut adalah kehidupan dan juga inspirasi kehidupan. Dengan begitu banyak rahasia dan keajaiban yang terkunci di dalamnya, itu adalah bagian penting dari hidup kita. Mari kita bersatu untuk menyelamatkan lautan kita! Lautan memiliki kehidupan dan manusia telah memperlakukannya seperti tempat sampah meskipun mengetahuinya. Saatnya berhenti dan mendapatkan pendidikan di Hari Laut Sedunia Kita manusia lebih membutuhkan lautan tetapi lautan juga membutuhkan kita dan penting bagi seseorang untuk bertahan hidup untuk membantu kelangsungan hidup yang lain. Selamat Hari Laut Sedunia. Keindahan dan kemukjizatan alam laut memberikan kita kehidupan dan kelimpahan. Di Hari Laut Sedunia ini, mari kita berkomitmen untuk melindungi laut serta ekosistemnya." Semua dari kita memegang tanggung jawab dalam menjaga kebersihan laut. Ayo hentikan praktik membuang sampah ke laut dan berkomitmen untuk menjaga keasrian laut. Selamat Hari Laut Sedunia! Kita semua terhubung dengan laut, bahkan jika kita tinggal di pedalaman. Pada Hari Laut Sedunia ini, mari kita apresiasi kehadiran laut dalam kehidupan kita dan berkomitmen untuk menjaganya. Kemarilah dan mari kita jaga laut bersama-sama. Setiap tindakan kecil dapat membuat perbedaan besar dalam melindungi sumber daya laut kita. Selamat Hari Laut Sedunia!" Melalui kolaborasi global, kita dapat menjamin kesehatan dan keberlanjutan laut kita. Pada Hari Laut Sedunia ini, mari kita dukung upaya perlindungan laut di seluruh dunia." Sungguh bijaksana Tuhan menciptakan lautan untuk memberi kita kehidupan yang lebih sehat, bahagia, dan menyenangkan, tetapi sangat berarti bagi kita untuk tidak merawatnya dan merusaknya demi keuntungan kita. Mari kita bekerja untuk melindungi mereka. Selamat Hari Laut Sedunia. Di dalam setiap butir air laut tersimpan nilai kehidupan yang tak terhingga. Mari kita berupaya memelihara kekayaan laut ini agar tetap berlimpah. Selamat Hari Laut Sedunia!" Pada Hari Laut Sedunia ini, mari kita tingkatkan pendidikan dan kesadaran tentang pentingnya laut dalam kehidupan kita sehari-hari. Selamat Hari Laut Sedunia! Tidak ada kehidupan tanpa laut. Mari kita berkomitmen menjaganya. Selamat memperingati Hari Laut Sedunia 2023.
PulauLaut yang saat ini lebih menonjol sebagai daerah tambang juga dapat dilakukan. Kotabaru adalah daerah yang birahan untuk sementara dijadikan tempat pelelangan ikan, Harus ada peraturan . 2/2007 - BalaiArkeo/ogi Banjarmasin . di Pulau tersebut telah ditemukan penambangan batubara peninggalan masa Kolonial, yaitu penambangan Kabupaten Tanah Laut memiliki potensi sumberdaya mineral dan batubara dan telah ditetapkan sebagai wilayah pertambanganWP dalam tata ruang nasional, yang mempunyai WUP Mineral Logam, WUP Batubara, dan WUP Bukan Logam dan Batuan. WUP Logam, khususnya bijih besi tersebar di DAS S Tabanio yang tercakup di Kecamatan Pelaihari, Bajuin dan Takisung. Penambangan ini harus mematuhi PerMenLH no 21 tahun 2009 tentang baku mutu air limbahnya. Sedang WUP batubara terdapat di DAS S Kintap, DAS S. Asam-asam, DAS S. Sawarangan, DAS Batang Gayang, DAS Kepunggur dan Kandangan, DAS Sebukur, DAS Danau, DAS Pandan, dan DAS Sanipah yang meliputi Kecamatan Batu Ampar, Kecamatan Jorong dan Kecamatan Kintap, yang dalam kegiatan penambangannya maka harus patuh pada baku mutu air limbah pertambangan batu bara KepMenLH No 113 tahun 2003. Pengelolaan lingkungan industri penambangan di Kabupaten Tanah Laut harus dilakukan secara berbeda karena karena daerah Kabupaten Tanah Laut bagian timur merupakan daerah penambangan batubara sedang daerah Kabupaten Tanah Laut bagian tengah merupakan kegiatan penambangan bijih besi dan mineral logam lainnya. Sehingga sumber pencemarnya pun berbeda, pencemar utama lingkungan terhadap DAS di Jorong, Kintap, Batu Ampar, dan Panyipatan adalah Air asam tambang AMD dan logam berat seperti Fe, Mn dan Al, sedang kemungkinan pencemar utama terhadap DAS Tabanio di Kecamatan Bajuin, Pelaihari dan Takisung, adalah logam berat Cr dan logam berat lainnya seperti Fe, Mn, Cu, Zn, dan Pb. Jika dibandingkan dengan profile lingkungan daerah kabupaten Tanah Laut, maka pada saat ini dampak lingkungan kegiatan penambangan hanya terjadi di lokasi penambangan saja, baik Cr pada tambang bijih besi di Sumber Mulia, maupun AMD yang mengakibatkan penurunan pH di lokasi-lokasi yang berkaitan dengan lahan gambut dan keberadaan lapisan batubara., seperti di Kitap dan Jorong. Meski profile lingkungan yang ada menunjukkan bahwa beberapa parameter telah melebih batas ambang, seperti kekeruhan, konsentrasi NO3, NH3, BOD, COD, dan DO di Bajuin dan Jorong tapi penyebabnya belum jelas apakah berasal dari pertambangan atau kegiatan lainnya. Namun sekarang dan masa datang kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan harus dilakukan secara terpadu di sepanjang DAS yang ada dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang menggunakan lahan di sepanjang DAS yang ada, dengan titik berat AMD di Kintap, Jorong, Batu Ampar dan Panyipatan; dan Cr dan logam berat lain di Bajuin, Pelaihari dan Takisung. Kata Kunci Batubara, Bijih Besi, DAS, pH, Pengelolaan Lingkungan Terpadu. ABSTRACT Tanah Laut District has the potential mineral resources and coal, and now the district has been designated as a mining area WP in the national spatial planning, which has WUP Mineral and Metal, WUP Coal, and WUP for Non-Metal and Rock. WUP metals, particularly iron ore scattered in the watershed of S Tabanio, which included in the Sub District of Pelaihari, Bajuin and Takisung. The Mining must comply PerMenLH No. 21 of 2009 on waste water quality standards. The WUP of coal being found in the watershed of S Kintap, S. Asam-asam, S. Sawarangan, S Batang Gayang, S Kepunggur dan Kandangan, S. Sebukur, S Danau, S. Pandan, dan S. Sanipah which included in Batu Ampar SubDistrict, Jorong Sub District, Kintap and Panyipatan Sub District, which must comply with KepMenLH No. 113 of 2003 on the wastewater quality standard of the coal mining. When compared to the environmental profile Tanah Laut district, then at this time the impact of mining activities only occur at the mine site alone. The environmental profile of The District suggests that some parameters have exceeded the threshold limit. But in future the environmental management and monitoring activities should be done to manage the existing environment and preferably other stakeholders that could cause environmental damage should also be invited to participate in the management of the existing environment. Kyewords Coal, Iron Ore, Watershed, pH, Integrated Environment Management. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free NATIONAL CONFERENCE ON CONSERVATION FOR BETTER LIFE 2014 November,22th 2014, Semarang State University - Central Java – Indonesia Pengelolaan lingkungan Terpadu Sumberdaya Mineral dan Batubara di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan Hidir Tresnadi Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral, BPPT, Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan, Indonesia ABSTRAK Kabupaten Tanah Laut memiliki potensi sumberdaya mineral dan batubara dan telah ditetapkan sebagai wilayah pertambanganWP dalam tata ruang nasional, yang mempunyai WUP Mineral Logam, WUP Batubara, dan WUP Bukan Logam dan Batuan. WUP Logam, khususnya bijih besi tersebar di DAS S Tabanio yang tercakup di Kecamatan Pelaihari, Bajuin dan Takisung. Penambangan ini harus mematuhi PerMenLH no 21 tahun 2009 tentang baku mutu air limbahnya. Sedang WUP batubara terdapat di DAS S Kintap, DAS S. Asam-asam, DAS S. Sawarangan, DAS Batang Gayang, DAS Kepunggur dan Kandangan, DAS Sebukur, DAS Danau, DAS Pandan, dan DAS Sanipah yang meliputi Kecamatan Batu Ampar, Kecamatan Jorong dan Kecamatan Kintap, yang dalam kegiatan penambangannya maka harus patuh pada baku mutu air limbah pertambangan batu bara KepMenLH No 113 tahun 2003. Pengelolaan lingkungan industri penambangan di Kabupaten Tanah Laut harus dilakukan secara berbeda karena karena daerah Kabupaten Tanah Laut bagian timur merupakan daerah penambangan batubara sedang daerah Kabupaten Tanah Laut bagian tengah merupakan kegiatan penambangan bijih besi dan mineral logam lainnya. Sehingga sumber pencemarnya pun berbeda, pencemar utama lingkungan terhadap DAS di Jorong, Kintap, Batu Ampar, dan Panyipatan adalah Air asam tambang AMD dan logam berat seperti Fe, Mn dan Al, sedang kemungkinan pencemar utama terhadap DAS Tabanio di Kecamatan Bajuin, Pelaihari dan Takisung, adalah logam berat Cr dan logam berat lainnya seperti Fe, Mn, Cu, Zn, dan Pb. Jika dibandingkan dengan profile lingkungan daerah kabupaten Tanah Laut, maka pada saat ini dampak lingkungan kegiatan penambangan hanya terjadi di lokasi penambangan saja, baik Cr pada tambang bijih besi di Sumber Mulia, maupun AMD yang mengakibatkan penurunan pH di lokasi-lokasi yang berkaitan dengan lahan gambut dan keberadaan lapisan batubara., seperti di Kitap dan Jorong. Meski profile lingkungan yang ada menunjukkan bahwa beberapa parameter telah melebih batas ambang, seperti kekeruhan, konsentrasi NO3, NH3, BOD, COD, dan DO di Bajuin dan Jorong tapi penyebabnya belum jelas apakah berasal dari pertambangan atau kegiatan lainnya. Namun sekarang dan masa datang kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan harus dilakukan secara terpadu di sepanjang DAS yang ada dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang menggunakan lahan di sepanjang DAS yang ada, dengan titik berat AMD di Kintap, Jorong, Batu Ampar dan Panyipatan; dan Cr dan logam berat lain di Bajuin, Pelaihari dan Takisung. Kata Kunci Batubara, Bijih Besi, DAS, pH, Pengelolaan Lingkungan Terpadu. ABSTRACT Tanah Laut District has the potential mineral resources and coal, and now the district has been designated as a mining area WP in the national spatial planning, which has WUP Mineral and Metal, WUP Coal, and WUP for Non-Metal and Rock. WUP metals, particularly iron ore scattered in the watershed of S Tabanio, which included in the Sub District of Pelaihari, Bajuin and Takisung. The Mining must comply PerMenLH No. 21 of 2009 on waste water quality standards. The WUP of coal being found in the watershed of S Kintap, S. Asam-asam, S. Sawarangan, S Batang Gayang, S Kepunggur dan Kandangan, S. Sebukur, S Danau, S. Pandan, dan S. Sanipah which included in Batu Ampar SubDistrict, Jorong Sub District, Kintap and Panyipatan Sub District, which must comply with KepMenLH No. 113 of 2003 on the wastewater quality standard of the coal mining. When compared to the environmental profile Tanah Laut district, then at this time the impact of mining activities only occur at the mine site alone. The environmental profile of The District suggests that some parameters have exceeded the threshold limit. But in future the environmental management and monitoring activities should be done to manage the existing environment and preferably other stakeholders that could cause environmental damage should also be invited to participate in the management of the existing environment. Kyewords Coal, Iron Ore, Watershed, pH, Integrated Environment Management. . NATIONAL CONFERENCE ON CONSERVATION FOR BETTER LIFE 2014 November,22th 2014, Semarang State University - Central Java – Indonesia 1. PENDAHULUAN Kabupaten Tanah Laut memiliki potensi sumberdaya mineral dan batubara, baik yang sudah ditambang maupun yang belum. Endapan yang sudah ditambang adalah bijih besi yang tersebar di Kecamatan Bajuin, Pelaihari dan Takisung. Endapan bijih besi memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan genesa dan keterdapatannya pada batuan induknya. Pada umumnya endapan bijih besi ini tersebar dan setempat, namun cadangannya hingga kini belum diketahui dengan pasti. Masih diperlukan eksplorasi yang lebih rinci baik kuantitas maupun kualitasnya agar dapat digolongkan sebagai endapan yang memiliki cadangan besar dan dapat menjadi pasokan bijih besi nasional. Endapan mineral logam yang lainnya adalah chrom, emas dan platina. Kabupaten Tanah Laut juga memiliki endapan batubara yang tersebar di Kecamatan Kintap, Jorong. Batu Ampar dan Panyipatan. Selain itu juga terdapat sebaran bahan tambang mineral non logam yang terdapat di Kecamatan Bajuin, Pelaihari, Takisung, Kintap, Jorong. Batu Ampar dan Panyipatan. Oleh karena perlu dilakukan pengelolaan lingkungan secara terpadu terhadap penambangan bijih besi, batubara dan mineral non logam dan batuan yang terdapat di wilayah ini. Kegiatan penambangan akan mengubah bentang alam dan membuat lubang bukaan sehingga country rock dan tanah penutup tersingkap ke permukaan bumi, yang akan mengalami perubahan secara fisik dan kimia ketika bercampur dengan udara pada atmosfir terbuka. Dalam panambangan bijh besi harus dilakukan pemantauan dan pengendalian dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya. Baik dalam bentuk morfologi permukaan bumi, maupun parameter-paramater kualitas lingkungan lainnya. Dalam penambangan bijih besi, ada peraturan yang harus dipatuhi oleh setiap kegiatan pertambangan bijih besi, PerMen LH No 21 Tahun 2009. Sedang dalam penambangan batubara maka harus mematuhi baku mutu air limbah penambangan batubara sesuai dengan KepMenLH No. 113 of 2003. Pada sisi lain Profil Lingkungan Hidup di Kabupaten Tanah Laut menjadi penting sebagai batas ambang kualitas lingkungan daerah yang dapat menjadi masukan bagi para pemangku kepentingan dalam NATIONAL CONFERENCE ON CONSERVATION FOR BETTER LIFE 2014 November,22th 2014, Semarang State University - Central Java – Indonesia mengambil keputusan untuk mengelola lingkungan dalam menjaga dan melindungi kesehatan masyarakat. Dalam pengelolaan dampak lingkungan bijih besi yang perlu diperhatikan adalah timbulnya pencemaran logam berat, seperti Fe, Mn, Cr, dll karena batuan pembawa bijih besi merupakan batuan ultrabasa yang kaya akan logam berat. Sedang pada dampak lingkungan pertambangan batubara adalah terjadinya pencemaran oleh pembentukan air asam tambang yang menimbulkan terjadinya penurunan pH pada badan air di tambang dan sekitar tambang. Pada berbagai studi kasus menunjukkan bahwa daerah aliran sungai pegunungan harus dikelola dengan seksama hati-hati berkaitan hubungan antara hulu dan hilirnya, hubungan lereng dan saluran sungainya, proses-proses utama yang terjadi, gangguan fungsi peran ekologi dan fisiknya, dan kerentanan aliran sungainya Wohl, 2007. Penambangan yang terjadi dan berlangsung lama, bahkan yang masih aktif hingga sekarang, serta sistim saluran sungai dan dataran banjir di seluruh dunia yang memiliki sejarah penambangan telah terkontaminasi oleh konsentrasi limbah kaya logam, yang dapat membahayakan kehidupan manusia dan pembangunan berkelanjutan. Dampak terhadap lingkungan dan kesehatan manusia timbul akibat terdapatnya logam berat dalam waktu lama pada endapan sungai dan tanah aluvial serta terbentuknya bioakumulasi alami yang terjadi pada hewan dan tumbuhan Macklin et al., 2006 Umumnya lebih daripada 90 % beban logam di sungai akan ditransportasikan dalam fasa padatan, yang terserap sebagai coating lapisan pada permukaan partikel atau bergabung dalam butiran-butiran mineral. Dengan demikian proses geomorfik fluivial menjadi penting dalam transportasi dan berpindahnya logam-logam berat yang berasal dari lokasi-lokasi tambang. Miller, 1997. Dalam penambangan batubara dan logam dilakukan pengelolaan dan mitigasi kerusakan lingkungan yang terkendali. Untuk itu berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang dalam meminimalkan pembentukan air asam tambang. Pengelolaan kerusakan lingkungan ini dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan yang ada dan berlaku. Salah satu kerusakan yang timbul pada kegiatan penambangan batubara adalah penurunan pH air akibat adanya interaksi antara atmosfer, air dan batuan atau bahkan batubara itu sendiri yang dapat menimbulkan air asam tambang, karena umumnya batubara memiliki kisaran kelembaban antara 2 – 40 %, kandungan belerang 0, 2 – 8 % dan kandungan abu 5 – 40 %, yng dapat menimbulkan efek pada nilai batubara sebagai sumber energi yang dapat mengakibatkan polusi dalam penggunaannya. NATIONAL CONFERENCE ON CONSERVATION FOR BETTER LIFE 2014 November,22th 2014, Semarang State University - Central Java – Indonesia Air asam tambang AMD merupakan masalah lingkungan di negara-negara yang memiliki sejarah industri pertambangan yang lama hingga sekarang. Pencegahan pembentukannya atau mitigasi AMD dari sumbernya biasanya lebih disukai, meski terkadang tidak cocok untuk dilakukan di semua tempat, karena harus mengumpulkan, mengolah dan menyalurkan air tersebut yang sudah memiliki pH normal ke lingkungan di sekitarnya. Berbagai macam cara dapat dilakukan untuk remediasi air asam tambang, baik melalui mekanisme kimia dan biologis untuk menetralisir AMD dan menghilangkan logam dari drainase air tambang. D. Barrie Johnson, Kevin B. Hallberg, 2005. Air asam tambang AMD yang terbentuk dari air yang melakukan infiltrasi pada batuan yang mengandung mineral sulfida, effluent dari pabrik pengolahan mineral dan rembesan dari bendungan tailing dapat menimbulkan terbentuknya air asam tambang, sehingga keasaman ini akan mengakibatkan tertransportasikannya logam dalam bentuk terlarutnya. Teknologi pengolahan air asam tambang konvensional mahal dalam pengoperasiannya. Sehingga salah satu metoda yang yang disukai adalah menggunakan passive treatment yang berbiaya rendah dalam menghasilkan air bebas polusi, dan mendorong tanggung jawab komunitas masyarakat mengolah air asam tambang melalui penggunaan sistim pengolahan air asam tambang dengan wetlands. Wetlands ini berfungsi menyerap dan mengikat logam berat dan mengendapkannya secara perlahan sebagai endapan sedimen untuk menjadi bagian dari siklus geologi. Sheoran;V. Sheoran, 2006. Teknologi Passive Treatment umumnya memiliki dampak terhadap lingkungan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan Teknologi Active Treatment. Namun Pengoperasian tambang yang berskala besar jarang hanya mengandalkan passive treatment untuk mitigasi AMD, karena sistem treament yang effektif biasanya tergantung pada faktor-faktor pengalaman dalam trial and error yang diperoleh dalam treatment AMD, ketersediaan lahan, topografi, Debit AMD, karakteristik kimia dan suhu operasi treatment. Tyler J. Hengen, Maria K. Squillace, Aisling D. O’Sullivan, James J. Stone; 2014 Keasaman dalam AMD terdiri atas keasaman mineral Fe, Al, Mn, dan logam lain yang tergantung pada mineral logam sulfida yang tersingkap ke atmosfir dan keasaman ion hidrogen. Logam-logam lain dalam AMD bervariasi tetapi AMD dikarakterisasikan oleh pH yang rendah, sulfat dan Fe yang tinggi. Ketika air sungai yang tercemar memasuki danau atau badan air yang lebih besar maka akan terjadi dilusi, reaksi kimia dan biologi yang terjadi secara alami yang NATIONAL CONFERENCE ON CONSERVATION FOR BETTER LIFE 2014 November,22th 2014, Semarang State University - Central Java – Indonesia menyebabkan netralisasi sebagian keasaman dan pengendapan logam. Pada air yang tidak terkontaminasi maka sifat asam air berkaitan dengan pH rendah, misalnya jika terkontaminasi oleh hujan asam biasanya memiliki pH rendah yang berkisar dari 3,5 hingga 4,5. Tetapi memiliki sedikit keasaman mineral. Penirisan dari tambang logam biasanya mengandung sejumlah Zn, Cu, Ni, Pb, dll. Namun terkait dengan AMD dari tambang batubara maka di Amerika Timur biasanya pH, Fe, Al, dan Mn menjadi penyebab utama keasaman Hedin dkk, 1994 2. METODE PENELITIAN Dalam melakukan penelitian pengelolaan lingkungan terpadu pertambangan sumberdaya mineral dan batubara di Kabupaten Tanah Laut, maka dilakukan tahapan penelitian sebagai berikut a. Studi literatur daerah penelitian b. Survey lapangan daerah penelitian c. Pengambilan contoh air dan tanah Daerah Penelitian, di Sumber Mulia, Pelaihari d. Pengujian Laboratorium sampel penelitian e. Pengolahan dan penyajian data dan informasi penelitian, yang disajikan baik dalam bentuk statistik grafis maupun informasi geografi f. Analisis dan Pembahasan g. Kesimpulan dan Saran 3. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kabupaten Tanah Laut dapat di bagi atas 2 dua satuan utama, yaitu a. Satuan dataran rendah landai hingga berombak umumnya tedapat di bagian selatan. Satuan ini membentang memanjang dari Timur ke Barat dan melebar di bagian barat yang terdiri dari rawa-rawa dan daerah aliran sungai yang bermuara di Laut Jawa. b. Satuan bukit bergelombang dan pegunungan terdapat di bagian utara sampai ke perbatasan dengan Kabupaten Banjar, dengan puncak gunungnya. Endapan Bijih Besi dan Kromit di daerah penelitian memiliki morfologi satuan bukit bergelombang seperti di Sungai Bakar, Pontain, Sungai Riam, dan Pemalongan, sedang Ambungan dan Kortein memiliki satuan dataran rendah. Geologi Regional Geologi batuan pembawa mineralisasi bijih besi di Kab. Tanah laut merupakan batuan ultrabasa, yang berumur Jura Gambar 1. Pelapukannya, terutama serpentinit yang mengalami NATIONAL CONFERENCE ON CONSERVATION FOR BETTER LIFE 2014 November,22th 2014, Semarang State University - Central Java – Indonesia dekomposisi dan akumulasi kimia menghasilkan bijih besi tipe laterit. Seri batuan gunungapi –sedimen berumur Kapur Atas, terutama yang bersifat gampingan “calcareous” diterobos oleh kompleks batuan intrusi granit, granodiorit, dioritdll, menghasilkan endapan bijih besi tipe kontak metasomatik “skarn”. Endapan ini diperkirakan terjadi pada Kapur Akhir –Tersier Awal Sofyan, dkk, 2007. Di Kabupaten Tanah Laut pada, khususnya di Kecamatan Pelaihari, Jorong, dan Kintap, kegiatan penambangan telah dilakukan oleh berbagai pihak diantaranya adalah a penambangan emas, batu marmer, dan bijih besi pada perbukitan intrusif di Desa Sungai Bakar Kecamatan Pelaihari b penambangan bijih besi pada bukit-bukit intrusif dan dataran nyaris di sekitar daerah Tampang, Kecamatan Pelaihari c pengolahan emas di daerah sekitar Telaga dan Saranghalang, Kecamatan Pelaihari d penambangan batubara yang tersebar merata di Kecamatan Jorong dan Kintap, seperti PT. Jorong Barutama Gresston di Sawarangan, PT. Arutmin di Simpang Empat Asem-asem, PT. Amanah Anugerah Adi Mulia di Kuranji, dan masih banyak lagi kegiatan penambangan yang tersebar di seluruh Kabupaten Tanah Laut. Endapan Bijih besi yang tersebar dan terdapat Kabupaten Tanah Laut, ada yang masih berupa sumberdaya endapan dan ada yang sudah ditambang. Yang sudah ditambang terdapat di Kecamatan Bajuin dan Kecamatan Pelaihari. Selain itu terdapat juga mineral logam kromit. Endapan bijih ini merupakan endapan bijih primer berukuran kerikil seperti di Sungai Bakar hingga bongkah besar seperti di Pemalongan dan Sumber Mulia. Di Sungai Riam dan Tanjung endapan bijih ada yang berupa besi lateritik. Endapan Bijih Besi yang sudah ditambang terdapat di Sumber Mulia, Pemalongan, dan Sungai Riam. Sehingga survey dilakukan ke lokasi penambangan tersebut. Endapan bijih ditambang dengan menggunakan metoda tambang terbuka. Sebaran endapan bijih besi di Kecamatan Bajuin dan Kecamatan Pelaihari dapat dilihat pada Gambar 1. Sejak 2008 penambanganbijih besi telah dilakukan di Sumber Mulia, yang dilakukan oleh tiga Perusahaan yang melakukan penambangan dengan SPK yang berbeda sesuai dengan kerjasama yang dilakukan dengan Perusahaan Penambangan Daerah Kabupaten Tanah Laut. Ada tiga tambang di lokasi ini. Pada umumnya penambangan dilakukan dengan pemberaian bijih utama menggunakan rock breaker, yang kemudian hancuran batuan yang diperoleh dipindahkan oleh backhoe ke stockpile dekat tambang. Dari stockpile pemuatan ke dalam truk pengangkut NATIONAL CONFERENCE ON CONSERVATION FOR BETTER LIFE 2014 November,22th 2014, Semarang State University - Central Java – Indonesia dilakukan oleh backhoe yang kemudian dibawa ke stockpile pelabuhan ekspor. Selain itu penambangan dilakukan juga dengan tenaga manusia. Bijih Besi yang ditambang oleh tenaga manusia dipecah dengan palu lalu dimasukan ke dalam karung-karung untuk diangkut dan dibawa oleh truk pengangkut. Selain itu terdapat juga penambangan bijih besi di Pemalongan, Sungai Bakar dan Sungai Riam. Pendekatan Geomorfologi dalam Pengelolaan DAS Daerah Pertambangan Air lindian dari daerah penambangan dan timbunan tanah penutup dapat memasuki lingkungan ekosistem akuatik yang ada. Jika kandungan logam-logam berat yang mungkin terdapat di daerah penambangan memasuki aliran sungai maka dapat terbawa jauh ke daerah hilirnya. Prose-proses fisik dan kimia yang berangsung di sungai dapat meningkatkan, langsung atau tidak langsung, yang akan mempercepat penyebaran polutan yang ada. Daerah aliran sungai meliputi jarigan sungai-sungai kecil hingga besar yang terdapat di suatu daerah, baik pegunungan, bukit dan dataran rendah, yang menunjukkan keanekaragaman fisik dan biologi yang ada dan terjadi, yang terkait sejarah pemggunaan tata guna lahan yang terjadi di daerah aliran sungai tersebut. Kegiatan manusia akan berdampak pada daerah aliran sungai yang secara langsung akan mengubah geometri saluran, dinamika gerakan air dan sedimen, kontaminan dalam sungai, atau komunitas riparian dan aquatik yang ada. Misalnya pembuatan saluran baru untuk kegiatan iriigasi pertanian, pembangunan dam-dam dan bendungan, penambangan aluvial sungai. Demikian pula yang secara tidak langsung akan berdampak pada aliran sungai, seperti perambahan dan penggundulan hutan, budidaya pertanian, perkebunan, dan peternakan, pembangunan irigasi pertanian, dan urbanisasi akan mengubah proses aliran sungai yang terjadi. Dampak kegiatan manusia terhadap daerah aliran sungai dapat diklasifikasikan menjadi lima kategori, yaitu keteraturan aliran sungai, integritas biotik, pencemaran air, perubahan saluran sungai dan tata guna lahan yang ada. Para pakar geomorfologi semakin banyak terlibat dalam evaluasi dan remediasi sistim perairan sungai yang terkena dampak kegiatan penambangan, namun protokol generik atau dasar yang dipergunakan untuk evaluasi berbasis geomorfologi belum dicoba dan dilakukan. Namun penyusunan skema evaluasi dan pengelolaan berbasis geomorfologi untuk sistim sungai di Ingris dan Wales, yang memiliki sejarah terkontaminas telah dilakukan Macklin et al., 2006. NATIONAL CONFERENCE ON CONSERVATION FOR BETTER LIFE 2014 November,22th 2014, Semarang State University - Central Java – Indonesia Pada penelitian untuk mitigasi pencemaran polutan, maka pengaruh peranan proses fisik dan kimia pada dispersi logam berat dalam sistim sungai yang ada, maka diasumsikan bahwa saluran sungai-sungainya a. Tetap tidak berubah pada proses dan bentuknya ketika sejak awal terbentuknya limbah tambang di daerah aliran sungai yang ada b. Memperlihatkan metamorfosis dalam bentuk saluran sungai-sungainya yang diakibatkan oleh adanya masukan limpasan dan debris dari tambang-tambang yang ada. Pada umumnya semua proses yang terjadi mengakibatkan variasi konsentrasi logam dalam sedimen atau endapan yang berpindah melalui saluran sungai yang stabil dan secara bersamaan mengalami metamorfosa juga. Bagaimana pun juga pola ke hilir, lateral dan vertikal pada konsentrasi metal cenderung menjadi lebih rumit dan kompleks pada saluran sungai yang mengalami transformasi. Kompleksitas ini diakibatkan oleh perubahan spasial dan temporal pada jenis, kecepatan dan besar proses erosi dan pengendapan yang terjadi, yang dapat mengakibatkan sangat bervariasinya perlapisan endapan stratigrafi yang terjadi pada saat pasca tambang terjadi, dan disebabkan juga oleh kuantitas debris terkontaminasi yang lebih besar yang terbentuk di tepi-tepi sungai dan dapat tererosi dan terdistribusi untuk terendapkan kembali secara sporadis pada saat banjir Miller, 1997. Oleh karena itu, proses pemetaan rinci daerah tambang dan sungai di sekitarnya menjadi penting utuk dipetakan secara rinci untuk mengetahui proses arah dan aliran debris, erosi dan dan banjir yang dapat melakukan pembentukan perubahan saluran sungai sehingga terjadi transformasi pada morfologi, dimensi lateral, vertikal dan sedimentasi yang terdapat pada dinding dan dasar sungai. Pembentukan Air Asam Tambang Asal mula air penirisan tambang yang kaya logam, terutama disebabkan oleh percepatan oksidasi besi pyrite FeS2 dan mineral sulfida lain yang tersingkap terhadap oksigen dan air, yang diakibatkan oleh penambangan dan pengolahan bijih logam dan batubara Johnson, 2003, dll, yang sebagian besar terdapat sebagai bijih sulfida, yang umumnya berasosiasi dengan pyrite, yang merupakan mineral sulfida yang paling banyak terdapat dibumi ini. Demikian juga halnya dengan endapan batubara, yang pada umumnya mengandung 1-20 % pyrite sulfida. Faktor-faktor utama yang menetukan kecepatan pembentukan asam Ata Akcil, Soner Koldas, 2006 adalah pH; Temperatur; Kandungan oksigen alam fasa gas, ketika kejenuhan 15 ppm. Pada lokasi penambangan ini unsur sulfat juga terdeteksi cukup tinggi >80 ppm. Lokasi sebaran pengambilan contoh profil Lingkungan Hidup kabupaten Tanah Laut pada umumnya berada di hilir lokasi sebaran endapan bijih besi, ada yang cukup jauh, 5 km bahkan 15 km, dari lokasi penambangan bijih besi Gambar 1. Tata guna lahan di sepanjang sungai pun NATIONAL CONFERENCE ON CONSERVATION FOR BETTER LIFE 2014 November,22th 2014, Semarang State University - Central Java – Indonesia beraneka ragam sehingga kemungkinan penyebab munculnya pencemaran bisa terjadi dari beberapa faktor, misalnya penggundulan hutan, perkebunan kelapa sawit, karet, dll. Lokasi Sebaran pengambilan sampel untuk profil lingkungan hidup dapat dilihat pada Gambar 2. Pengelolaan Lingkungan Penambangan Bijih Besi Di daerah Kecamatan Pelaihari, Bajuin dan Takisung daerah penambangan bijih besi terdapat pada DAS Tabanio dengan luas 62,300 Ha 62,3 km2. Daerah aliran sungai ini dari hulu sungai, timur laut, yang berawal dari Riam Pinang dan Tebimg Siring mengalir hingga bermuara di daerah pantai Kecamatan Takisung, bagian barat. Begitu pula halnya dengan sebaran endapan bijih besi dimulai dari kedua tempat ini hingga berakhir di muaranya. Di pantai Takisung dapat dijumpai pula bongkahan endapan bijih besi dipantai-pantai yang langsung berbatasan dengan air laut. Kegiatan penambangan bijih besi daerah Pelaihari tidak begitu besar. Namun bukaan tambang tetap akan mengakibatkan lindian kandungan logam yang tidak diinginkan. Demikian pula singkapan bijih besi yang ada, tersebar dan tidak ditambang harus dipertimbangkan pula sebagai sumber pencemar alami, jika sumber mineral besi dianggap salah satu sumber pencemaran. Di Tambang Bijih Besi Pemalongan, Sumber Mulia dan Sungai Bakar, sungai di sekitarnya tak memiliki kekeruhan yang berarti, airnya tetap jernih. Berati bahwa kegiatan penambangan tidak menumbulkan kekeruhan dalam kegiatannya. Namun ketika hujan maka air yang berasal dari sistim penirisan tambang mengakibatkan kekeruhan pada air di sekitarnya. Meski kekeruhan tersebut tidak hanya berasal dari kegiatan penambangan, karena secara alami pada saat hujan kekeruhan juga berasal dari air limpasan yang berasal dari tanah terbuka yang berada di sekitar aliran sungainya atau dari daerah hulunya akibat erosi dan bukaan lahan oleh kegiatan manusia seperti perkebunan dll. Yang patut dikontrol adalah lokasi titik penaatan kualitas lingkungan pada setiap lokasi penambangan, yang merupakan batas penaatan keluaran dari sistim remediasi drainase penambangan, yang harus memenuhi baku mutu lingkungan pada peraturan yang ada. Pengelolaan Lingkungan Penambangan Batubara Daerah penambangan batubara terdapat di Kecamatan Kintap, Jorong, Batu Ampar dan Panyipatan, sehingga pengelolaan dampak di tujukan secara mikro di daerah penambangan dan secara regional di daerah aliran sungai yang terdapat di keempat kecamatan, yaitu DAS Kintap, DAS Asam-asam, DAS Sawarangan, DAS Batang Gayang, DAS Kepunggur dan Kandangan, NATIONAL CONFERENCE ON CONSERVATION FOR BETTER LIFE 2014 November,22th 2014, Semarang State University - Central Java – Indonesia DAS Sebukur, DAS Danau, DAS Pandan, dan DAS Sanipah, yang secara keseluruhan luasnya 268526,24 Ha. Tabel 1. Dampak penambangan batubara berupa air asam tambang akan terbentuk pada sistim drainase air penambangannya jika tidak dilakukan remediasi terhadap penurunan pH. Remediasi penurunan pH dapat dilakukan dengan active treament dan passive treatment atau pun keduanya. Pada penambangan skala besar maka kedua sistim tersebut pada umumnya dipergunakan. Sistim remediasi aktive treatment diawali dengan sistim pengendapan menggunakan batu kapur atau kapur halus untuk mengurangi ion sulphat terlarut, yang merupakan penyebab air asam tambang, yang terbentuk akibat oksidasi mineral pyrite yang terdapat pada batubara atau lapaisan antara batubara atau overburden batubara. Jika pada sistim drainase terjadi pelepasan logam berat, maka remediasi dapat ditambahkan dengan material absorbent yang dapat menyerap logam-logam tersebut, misalnya sabut kelapa, limbah organik lainnya dll. Selain itu dapat pula dilakukan dengan phytoremediation, yang mempergunakan tanaman yang dapat menyerap logam-logam berat seperti eceng gondok, dll dari badan air. Pengelolaan Lingkungan Penambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan Pengelolaan lingkungan tambang bahan galian lainnya, umumnya dilakukan upaya untuk mencegah terbentuknya kekeruhan pada badan air di sekitar penambangan. Namun ini tetap memerlukan penelitian kemungkinan terjadinya pencemaran oleh logam-logam berat. Karena pencemaran yang terjadi selain dapat berasal dari bahan galian, juga dapat berasal dari country rock atau host rock atau batuan sekitar bahan galian tambang berada. Jadi perlu tetap dilakukan pengawasan dan pemnatauan terhadap berbagai kemungkinan terjadinya pencemaran di tambang terhadap badan-badan air di sekitar tambang, yang dapat mencemarai DAS yang ada di dekatnya. Pengelolaan DAS Lingkungan Daerah penambangan Secara hidrogeologi maka, daerah penelitiain memiliki karakteristik batuan tidak cukup mampu untuk menyimpan air, butir tanah didominasi fraksi lempung yang relatif mudah jenuh air dan kedap, sehingga pada daerah-daerah yang rendah lowland menjadi banjir dan penggenangan setiap tahunnya. Daerah-daerah di sepanjang aliran sungai, sekitar rawa-rawa, dataran fluvio-marin, dan daerah sekitar muara, merupakan daerah paling tinggi mendapatkan ancaman banjir dan penggenangan. Daerah Aliran Sungai DAS Tabanio termasuk dalam daerah rawan bahaya banjir tinggi. Banjir dan genangan yang sering terjadi setiap musim penghujan di wilayah perkotaan Pelaihari, menunjukkan bahwa daerah tangkapan hujan di bagian hulu sudah terganggu dan tidak mampu berfungsi sebagaimana mestinya. Hal ini NATIONAL CONFERENCE ON CONSERVATION FOR BETTER LIFE 2014 November,22th 2014, Semarang State University - Central Java – Indonesia diakibatkan oleh perubahan iklim global “global warming”, yang diakibatkan rusaknya hutan lindung di wilayah perbukitan bagian hulu daerah aliran sungai di Kabupaten Tanah Laut. Oleh karena itu keberadaan hutan lindung, hutan hujan tropis. Menjadi sangat penting. Selain itu faktor yang harus dipertimbangkan adalah daya serap air oleh batuan, karena secara hidrogeologi, batuan di daerah hulu S Tabanio merupakan batuan akifer dengan ABT sangat kecil dan merupakan akifer fraktur / celahan, yang berarti bahwa air hujan yang jatuh di hulu hanya sedikit terserap di daerah hulu, hal ini dapat dilihat pada sebaran akifer pada peta hidrogeologi yang terdapat pada Gambar 5. Yang berarti bahwa sebagaian besar air hujan menjadi limpasan yang akan mengalir melalui sistim aliran yang ada menuju ke hilirnya. Yang perlu diperhatikan adalah pola curah hujan tahunan yang ada didaerah penelitian Gambar 6, karena dengan mengetahui pola musim, kemarau dan hujan, maka dapat diperkirakan kemungkinan potensi keaktifan yang terjadi pada pembentukan sedimentasi pencemar di sungai dan dataran banjir di DAS Tabanio, DAS Tabanio, DAS Kintap, DAS Asam-asam, DAS Sawarangan, DAS Batang Gayang, DAS Kepunggur dan Kandangan, DAS Sebukur, DAS Danau, DAS Pandan, dan DAS Sanipah. Daerah penambangan ini belum dipetakan secara rinci geomorfologi dan hidrogeologinya, yang dilakukan untuk mendapatkan mitigasi bencana dampak pertambangan secara mikro terhadap morfologi bumi, seperti sungai dan proses-prosesnya yang terjadi secara rinci. Langkah penelitian yang dapat dilakukan berupa pembuatan penampang melintang pada setiap kelokan-kelokan sungai yang ada, dan pada daerah yang mungkin menjadi sumber pencemar, dan setiap dataran banjir yang ada. Pembuatan penampang melintang dan vertikal dilakukan dengan membuat pemboran vertikal untuk mengetahui perubahan vertikal dan horisontal lapisan batuan yang ada baik secara fisik maupun kimia. Sehingga penampang yang dibuat dapat memberikan gambaran setiap perubahan fisik dan kimia lapisan batuan secara vertikal dan horisontal dan kemungkinan sebaran logam pencemar yang ada pada aliran sungai. Tahapan-tahapan usia morfologi sungai harus diperhatikan apakah sudah pada tahapan tua, atau masih muda. Berdasarkan dengan ketersediaan skala peta yang ada sekarang, maka ketelitian peta kontur topografi morfologi daerah penelitian dan sebaran endapan bijh besi, batubara, dan bahan tambang lain harus ditingkatkan, agar proses yang terjadi ada saat hujan, banjir dan sedimentasi endapan di sungai dapat dipahami. Lebih jauh lagi bahwa tata guna lahan daerah penelitian, selain pertambangan, seperti perkebunan kelapa sawit dan karet, juga NATIONAL CONFERENCE ON CONSERVATION FOR BETTER LIFE 2014 November,22th 2014, Semarang State University - Central Java – Indonesia dipertimbangkan kemungkinan pengaruhnya sebagai pencemar sebagai salah satu pencemar daerah aliran sungai. Sehingga setiap kegiatan penelitian yang dilakukan pada sepanjang aliran sungai dapat dirinci kegiatan erosi, sedimentasi, pencemaran dan prosesnya yang terjadi di daerah aliran Sungai Tabanio. Penelitian juga dilakukan terhadap berbagai batuan induk bijih besi dan chromite sebagai kemungkinan sumber pencemar dengan melakukan tracing float di sekitar sungai-sungai dimana didapati singkapan bijih besi, chromite dan pengendapan butiran-butirannya di setiap lekuk sungai dan dataran banjir. Berdasarkan uraian di atas, profil lingkungan yang ada dan penelitian yang dilakukan maka pengelolaan lingkungan dan mitigasi bencana lingkungan oleh kegiatan penambangan bijih besi, batubara dan bahantambang lainnya, harus dilakukan pada skala mikro, yaitu di sekitar lokasi penambangan, perkebunan dan HPH, atau kegiatan perekonomian lainnya dan secara makro di DAS Tabanio, DAS Kintap, DAS Asam-asam, DAS Sawarangan, DAS Batang Gayang, DAS Kepunggur dan Kandangan, DAS Sebukur, DAS Danau, DAS Pandan, dan DAS Sanipah. Sehingga pengelolaan lingkungan secara makro pada setiap kegiatan yang ada dapat dilakukan secara terpadu antara karakteristik alami daerah melalui profile lingkungan hidup, tata guna lahan yang ada, tingkat kerusakan lingkungan dan pola hidup para pemangku kepentingan terhadap lingkungannya. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka a. Profile lingkungan hidup Pelaihari telah memiliki parameter yang melebihi batas baku mutu yang telah ditentukan. Namun berdasarkan analisis spasial pada sebaran pengambilan contoh dan lokasi tambang bijih besi yang ada, maka penyebabnya belum dapat dipastikan akibat penambangan, karena sepanjang tata guna lahan sepanjang aliran sungai dipergunakan oleh kegiatan lain, misalnya perkebunan karet, kelapa sawit, dll b. Di Sungai Bakar dan Tampang kandungan Fe total air permukaan melebihi batas ambang, meski di daerah ini terdapat penambangan bijih besi. Harus dipertimbangkan secara cermat apakah betul Fe total berlebih yang terjadi diakibatkan oleh kegiatan penambangan, terjadi secara alami atau oleh kegiatan lainnya. Karena jarak yang jauh antara lokasi penambangan bijih besi dan tempat pengambilan dan pengukuran sampel yang dipergunakan untuk pembuatan profile lingkungan hidup Kabupaten Tanah Laut memungkinkan adanya kegiatan selain kegiatan penambangan bijih besi. NATIONAL CONFERENCE ON CONSERVATION FOR BETTER LIFE 2014 November,22th 2014, Semarang State University - Central Java – Indonesia c. Potensi pencemaran CrVI di tambang bijih besi yang diukur hanya di Sumber Mulia. Penambangan bijih besi di lokasi lain belum tentu akan menimbulkan CrVI di atas baku mutu, karena genesa bijih besi yang berbeda akan mengakibatkan dampak yang berbeda pula. d. Pembaruan data profile Lingkungan Hidup daerah harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui setiap perubahan lingkungan yang terjadi. e. Dalam pengelolaan dampak lingkungan industri pertambangan di Kabupaten Tanah Laut, maka secara garis besar dapat digolongkan dalam dua 3 kelompok besar, yaitu penambangan bijih besi di Kecamatan Bajuin, Pelaihari dan Takisung, yang merupakan daerah tengah Kabupaten Tanah Laut; penambangan batubara di kecamatan Kintap, Jorong dan Batu Ampar, yang merupakan bagian timur dan tengah; dan penambangan mineral non logam yang meliputi daerah penambangan bijih besi dan batubara, karena mineral non logam sebagian besar terdapat di kedua daerah penambangan ini. f. Dalam melakukan pengelolaan dampak lingkungan regional berdasarkan daerah aliran sungai dan pendekatan gemorfologi, maka harus dilakukan pemetaan rinci morfologi lokasi tambang dan morfologi sungai dan proses-proses utama yang terjadi seperti erosi, pengendapan dan banjir yang berpengaruh terhadap morfologi lateral dan vertikal sungai. Khususnya di daerah penambangan bijh besi di sepanjang aliran sungai di Kecamatan Bajuin dan Pelaihari dan sekitarnya g. Pengelolaan lingkungan dan mitigasi bencana lingkungan penambangan bijih besi harus dilakukan pada skala mikro, yaitu di sekitar lokasi penambangan, perkebunan dan HPH atau kegiatan perekonomian lainnya, yang secara makro terjadi di DAS Tabanio di Kecamatan Bajuin, Pelaihari, dan Takisung. h. Pengelolaan lingkungan dan mitigasi bencana lingkungan penambangan batubara harus dilakukan pada skala mikro, yaitu di sekitar lokasi penambangan, dengan mempertimbangan juga pengaruh mikro pengguna lahan lainnya seperti perkebunan dan HPH atau kegiatan perekonomian lainnya, yang secara makro terjadi di DAS Kintap, DAS Asam-asam, DAS Sawarangan, DAS Batang Gayang, DAS Kepunggur dan Kandangan, DAS Sebukur, DAS Danau, DAS Pandan, dan DAS Sanipah di wilayah Kecamatan Kintap, Jorong, Batu Ampar dan Panyipatan. NATIONAL CONFERENCE ON CONSERVATION FOR BETTER LIFE 2014 November,22th 2014, Semarang State University - Central Java – Indonesia i. Pengelolaan lingkungan penambangan mineral non logam dan batuan meski belum ada baku mutunya, namun harus mematuhi persyaratan lingkungan yang termuat pada UU Pertambangan Mineral dan Batubara serta UU lingkungan beserta turunan-turunannya yang ada untuk meminimalisasi dampaknya terhadap lingkungan j. Pengelolaan lingkungan skala makro pada setiap kegiatan yang ada, seperti penambangan, perkebunan, kehutanan, pertanian, perikanan harus dilakukan secara terpadu sehingga integrasi antara karakteristik alami berbagai daerah, tata guna lahan, profile lingkungan hidup daerah, pengguna tata guna lahan yang ada, tingkat kerusakan lingkungan yang telah terjadi dan dampak pola kegiatan para pemangku kepentingan terhadap lingkungannya dapat dipantau dan diawasi sehingga secara bersama-sama dapat mengambil tindakan bersama untuk memperbaiki kerusakan lingkungan yang akan, telah dan sedang terjadi. 6. PUSTAKA [1]. Wohl, Ellen; Human Impacts to Mountain Streams; Geomorphology 79, 2006, 17–248; [2]. Macklin; Brewer; Hudson-Edwards; G. Bird; Coulthard; Dennis; Lechler; Miller; Turner ; A Geomorphological Approach to the Management of Rivers Contaminated by Metal Mining; Geomorphology 79, 423–447, 2006 [3]. Kantor Lingkungan Hidup Kab Tanah Laut, Profil Lingkungan Hidup berbasis Sistem Informasi Geografi Kecamatan Pelaihari, Jorong dan Kintap. Lap Akhir, 2007. [4]. Tresnadi, Hidir; Kususmastuti, Etty; Laporan Survey lapangan Bijih Besi di Sumber Mulia; 2008, BPPT [5]. Balitbangda Kalimantan Selatan dan BPPT; Kajian Bijih Besi Kalimantan Selatan, Identifikasi interaksi antara wilayah untuk industri Besi di kalimantan Selatan; Laporan Akhir, , 2007. [6]. Bappeda Kab Tanah Laut; BPPT, PTSM; Penyusunan dan Pengumpulan data / informasi kebutuhan Penyusunan Dokumen Perencanaan, Kajian Pengembangan Bijih Besi dan Dampaknya terhadap Perkonomian Rakyat di Kabupaten Tanah Laut, Lapoan Akhir, 2007. [7]. Tresnadi, Hidir; Potensi Pencemaran CrVi Krom Dan Remediasinya Pada Penambangan Bijih Besi Di Sumber Mulia, Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan NATIONAL CONFERENCE ON CONSERVATION FOR BETTER LIFE 2014 November,22th 2014, Semarang State University - Central Java – Indonesia Selatan; Seminar Ilmiah Nasional X Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia, Universitas Brawijaya, 2014 [8]. Sofyan, Asep, dkk; Inventarisasi Cebakan Bijih Besi Primer Di Kabupaten Tanah Bumbu dan Tanah Laut kalimantan Selatan kalimantan Selatan, 2007. [9]. Miller, Jerry R; The role of fluvial geomorphic processes in the dispersal of heavymetals from mine sites; Journal of Geochemical Exploration 58 1997 101 – 118. [10]. Pohan, Mangara P; Pemantauan Dan Pendataan Bahan Galian Pada Bekas Tambang Dan Wilayah Peti Daerah Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan; Kolokium Hasil lapangan – Dim, 2005 [11]. Ata Akcil, Soner Koldas; Acid Mine Drainage AMD Causes, Treatment and Case Studies; Journal of Cleaner Production 14, 1139-1145, 2006; Gambar 1. Sebaran Endapan Mineral Non Logam, Bijih Besi, dan Batubara di Kabupaten Tanah Laut Gambar 2. Potensi Sumberdaya Mineral Logam Serta Batuan Pembawa Logam di Kabupaten Tanah Laut Gambar 3. RTRTW Kabupaten Tanah Laut Gambar 4. Nilai Kandungan Chrom Sampel Air permukaan Tambang Sumber Mulia 0 0,2 Batas Ambang chrom pada air minum dan baku mutu air Baku mutu air limbah penambangan bijih besi NATIONAL CONFERENCE ON CONSERVATION FOR BETTER LIFE 2014 November,22th 2014, Semarang State University - Central Java – Indonesia Gambar 5. Hidrogeologi Kabupaten Tanah Laut Sumber Dinas ESDM Prop Kalsel Gambar 6 Curah Hujan di Banjarbaru Sumber Stasiun Klimatologi BMKG Banjarbaru Tabel 1. Cakupan DAS dan Luasnya di Kabupaten Tanah Laut No Nama DAS Cakupan Sub DAS Cakupan Wilayah Luas Ha 1. DAS Kintap Ranau, Kintap, Cuka, dan Kecamatan Kintap 2. DAS Tabanio Sungai Bakar dan Tabanio Kecamatan Pelaihari dan Takisung 3. DAS Asam-asam Sungai Kaldan, Rangkan, dan Asam-asam Kecamatan Pelaihari, Batuampar, dan Jorong 4. DAS Sawarangan Sungai Sawarangan Kecamatan Pelaihari, Batuampar, dan Jorong 5. Sungai Batanggayang Kecamatan Pelaihari, Penyipatan, dan Takisung 6. DAS Kepunggur dan Kandangan Sungai Kepunggur dan Kandangan Kecamatan Panyipatan 7. DAS Sebukur Sungai Sebukur Kecamatan Panyipatan dan Jorong 8. DAS Danau Sungai Danau Kecamatan Jorong 9. DAS Pandan Sungai Pandan Kecamatan Jorong 10. DAS Sanipah Sungai Sanipah Kecamatan Jorong Sumber Interpretasi Peta RBI, 1999 ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Jerry R. MillerIt is not uncommon for more than 90% of the total metal load in rivers to be transported in the solid phase, either sorbed onto particle surfaces and coatings, or incorporated into mineral grains. Fluvial geomorphic processes are therefore of fundamental importance in the transport and fate of heavy metals derived from mine sites. In this paper, the role of physical processes in the dispersal of heavy metals in river systems are reviewed for channels that have 1 remained relatively unchanged in terms of process and form following the introduction of mine wastes, and 2 exhibited a significant metamorphosis in channel form in response to the influx of mining and milling debris. In general, all processes responsible for the variations in metal concentrations within sediments moving through stable channels also operate in channels undergoing metamorphosis. However, downstream, lateral, and vertical patterns in metal values tend to be more complex where channel transformations have occurred. This complexity results, in part, because temporal and spatial changes in the types, rates, and magnitudes of erosional and depositional processes lead to highly variable stratigraphic sequences of post-mining age, and because greater quantities of contaminated debris is stored along the channel margins where it can be eroded and sporadically redistributed during times of the result of current and historical metal mining, river channels and floodplains in many parts of the world have become contaminated by metal-rich waste in concentrations that may pose a hazard to human livelihoods and sustainable development. Environmental and human health impacts commonly arise because of the prolonged residence time of heavy metals in river sediments and alluvial soils and their bioaccumulatory nature in plants and animals. This paper considers how an understanding of the processes of sediment-associated metal dispersion in rivers, and the space and timescales over which they operate, can be used in a practical way to help river basin managers more effectively control and remediate catchments affected by current and historical metal mining. A geomorphological approach to the management of rivers contaminated by metals is outlined and four emerging research themes are highlighted and critically reviewed. These are 1 response and recovery of river systems following the failures of major tailings dams; 2 effects of flooding on river contamination and the sustainable use of floodplains; 3 new developments in isotopic fingerprinting, remote sensing and numerical modelling for identifying the sources of contaminant metals and for mapping the spatial distribution of contaminants in river channels and floodplains; and 4 current approaches to the remediation of river basins affected by mining, appraised in light of the European Union's Water Framework Directive 2000/60/EC. Future opportunities for geomorphologically-based assessments of mining-affected catchments are also identified. Ellen WohlMountain streams are here defined as channel networks within mountainous regions of the world. This definition encompasses tremendous diversity of physical and biological conditions, as well as history of land use. Human effects on mountain streams may result from activities undertaken within the stream channel that directly alter channel geometry, the dynamics of water and sediment movement, contaminants in the stream, or aquatic and riparian communities. Examples include channelization, construction of grade-control structures or check dams, removal of beavers, and placer mining. Human effects can also result from activities within the watershed that indirectly affect streams by altering the movement of water, sediment, and contaminants into the channel. Deforestation, cropping, grazing, land drainage, and urbanization are among the land uses that indirectly alter stream processes. An overview of the relative intensity of human impacts to mountain streams is provided by a table summarizing human effects on each of the major mountainous regions with respect to five categories flow regulation, biotic integrity, water pollution, channel alteration, and land use. This table indicates that very few mountains have streams not at least moderately affected by land use. The least affected mountainous regions are those at very high or very low latitudes, although our scientific ignorance of conditions in low-latitude mountains in particular means that streams in these mountains might be more altered than is widely recognized. Four case studies from northern Sweden arctic region, Colorado Front Range semiarid temperate region, Swiss Alps humid temperate region, and Papua New Guinea humid tropics are also used to explore in detail the history and effects on rivers of human activities in mountainous regions. The overview and case studies indicate that mountain streams must be managed with particular attention to upstream/downstream connections, hillslope/channel connections, process domains, physical and ecological roles of disturbance, and stream interaksi antara wilayah untuk industri Besi di kalimantan Selatan; Laporan AkhirKajian Bijih Besi Kalimantan SelatanKajian Bijih Besi Kalimantan Selatan, Identifikasi interaksi antara wilayah untuk industri Besi di kalimantan Selatan; Laporan Akhir,, dan Pengumpulan data / informasi kebutuhan Penyusunan Dokumen Perencanaan, Kajian Pengembangan Bijih Besi dan Dampaknya terhadap Perkonomian Rakyat di Kabupaten Tanah Laut, Lapoan AkhirPtsm BpptBPPT, PTSM; Penyusunan dan Pengumpulan data / informasi kebutuhan Penyusunan Dokumen Perencanaan, Kajian Pengembangan Bijih Besi dan Dampaknya terhadap Perkonomian Rakyat di Kabupaten Tanah Laut, Lapoan Akhir, 2007. meskipunsaat ini sudah tidak lagi dijadikan sebagai tempat penambangan, potensi tersebut dapat dilihat melalui aspek geosfer kawasan tebing breksi. Desa Sambirejo terletak pada ketinggian . 396 250 94 82 418 219 395 490